Kamis, 30 Desember 2010

I'JAZ AL-QURAN

PENDAHULUAN


Al-qur’an adalah kitab suci kita dan merupakan mu’jizat abadi Nabi Muhammad SAW. Kitab al-qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari. Al-qu’an juga merupakan perwujudan dari kemu’jizatan yang telah memainkan peran yang jauh lebih besar dari pada tongkat nabi Musa atau tiupan nabi Isa.
Alqur’an merupakan kumpulan 114 surat dan surah ini terdiri dari kira-kira 6666 ayat dan semua ayat tersebut mempunyai kira-kira 78.000 kata. Salah satu objek penting lainnya dalam kajian ulumul qur’an adalah perbuncangan mengenai mu’jizat. Dengan perantara mu’jizat ALLAH mengingatkan manusia bahwa para rosul adalah utusannya yang mendapat dudkungan dan bantuan dari langit.
Berikut akan dijelaskan mengenai apa itu mu’jizat, macam-macam mu’jizat dan segi-segi kemu’jizatan al-qur’an.
















PEMBAHASAN

Manusia mempunyai dua macam kecenderungan dalam memandang kebenaran. Pertama, manusia meyakini kebenaran berdasarkan pengamatan empiris. Kedua, manusia meyakini kebenaran berdasarkan rasionya, atau menggabungkan keduannya. Sebagai suatu kebenaran, risalah yang dibawa para rosul tidaklah terlepas dari kedua macam penerimaan tersebut, sekalipun cara pengamatan pertama lebih diprioritaskan oleh golongan manusia tertentu.

A. Pengertian Mu’jizat
I’jaz dalam bahasa arab berarti menganggap lemah kepada orang lain. Adapun dinamakn mu’jizat, karena manusia lemah untuk mendatangkan hal serupa itu, yang sebenarnya perkara itu adalah luar biasa dan keluar dari batasan-batasan sebab yang dikenal. Jadi, kemu’jizatan alqur’an bearti kelemahan semua manusia, baik secara individu atau kelompok untuk mendatangkan serupa alqur’an itu.
Al-i’jaz menurut bahasa ialah itsbaatul a’jaz yaitu menetapkan bahwa ia melemahkan lawannya. Al-a’jazu ialah dhuddhul alqudaru yaitu kebalikan dari mampu, yaitu tidak dapat melakukan sesuatu. Bila sudah diakui, bahwa sesuatu bersifat dalam al-i’jaaz atau melemahkan, maka pastilah ia mempunyai kemampuan.
Menurut bahasa mu’jizat berasal dari kata: a’jaza, yu’jiza, i’jaazan, mu’jizaan. Yang artinya melemahkan lawan atau musuh. Sedangkan menurut istilah manna qhathan menjelaskan
“mu’jizat ialah sesuatu yang menyalahi kebiasaan disertai dengan tantangan dan selamat dari perlawanan”.
K.H.Munawar Khalil menjelaskan bahwa mu’jizat menurut istilah hali agama ialah sesuatu yang datang dari nabi yang dapat melemahkan lawan atau mengalahkan kecerdikkan lawan atau kekuatan musuh karena keadaan sangat menyalahi adat kebiasaan yang telah ada.
Mu’jizat didevinisikan oleh pakar agama islam antara lain sebagai: “ suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalaui seseorang yang mengakui nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantang kepada yang ragu, untuk melakukan dan mendatangkan hal serupa, tetapi mereka tidak mampu melayani tantangan itu.
Jadi yang dimaksud dengan i’jazul alqur’an ialah menetapkan kelemahan manusia baik secara individual atau kelompok untuk mendatangkan semisalnya. Maksud kata melemahkan disisni adalah menjelaskan bahwa kitab suci ini adal benar dan rosul pembawanya adalah benar.

B. Macam-macam Mu’jizat
a. Berbentuk hissiyah atau dapat diraba
Umpamanya, mu’jizat para nabi seperti keluar unta nabi Shaleh dari dalam batu, tongkat nabi Musa menjadi ular yang sebenarnya, menyembuhkan orang sakit canggu dan belang kulit oleh nabi isa bin putra maryam.
b. Berbentuk ‘aqliyyah atau mengenai akal
Umpamanya al-qur’annul karim dan mu’jizat rosul SAW yang tetap ada.

Perbedaan mu’jizat antara nabi-nabi terdahulu dengan mu’jizat Nabi Muhammad disebabakan oleh dua hal pokok, yaitu:
a. Para nabi sebelum nabi Muhammad SAW ditugaskan untuk masyarakat dan masa tertentu. Oleh sebab itu, mu’jizat mereka hanya berlaku untuk masa dan masyarakat tersebut, tidak untuk sesudah mereka. Ini berbeda dengan nabi Muhammad yang diutus untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman, sehingga bukti kebenaran dan ajarannya selalu ada, dimana dan kapanpun berada. Jika demikian halnya, tentu mu’jizat tersebut tidak mungkin bersifat material, karena kematerialan mambatasi ruang dan waktu.
b. Manusia mengalami perkembangan dalam pemikirannya. Umat para nabi sebelum nabi Muhammad membutuhkan bukti kebenaran yang harus sesuai dengan tingkat pemikiran mereka. Bukti tersebut harus demikian jelas dan langsung terjangkau oleh indera mereka. Akan tetapi, setelah manusia mulai menanjak ketahap kedewasaan berfifkir, bukti yang bersifat inderawi tidak dibutuhkan lagi. Itulah sebabnya Nabi Muhammad ketika diminta bukti-bukti yang sifatnya demikian oleh mereka yang tidak percaya, beliau diperintahkan oleh ALLAH untuk menjawab.
Artinya”......“Katakanlah: "Maha Suci Tuhanku, bukankah Aku Ini Hanya seorang manusia yang menjadi rasul?"

C. Segi-segi Kemu’jizatan Al-Qur’an
Menurut Qurthubi melihat segi mu’jizat al-qur’an ada 10 yaitu:
1. Susunan bahasa yang indah berbeda dengan susunan bahasa yang sudah dikenal mereka.
2. Gaya bahasa yang menakjubkan berbeda dengan gaya bahasa yang lain.
3. Kefasihan bahasanya.
4. Pemakaian bahasa dimana orang arab biasa memakainya.
5. Pemenuhan janji dan dibuktikan inderawi seperti janji pertolongan bagi orang-orang beriman.
6. Berita tentang yang gaib tentang peristiwa yang akan datang yang hanya diketahui melalui wahyu.
7. Kandungan al-qur’an penuh dengan ilmu yang bermacam-macam yang dengannya manusia menjadi maju.
8. Mengandung hikmah yang bermutu tinggi.
9. Tidak ada pertentangan antara pengertian yang dikandungnya dan memberikan hal-hal masa lalu sejak awal dunia hingga hancurnya. Al-Qur’an disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW yng umi yang tak pernah belajar dan bergaul dengan ahli kitab.

10. Al-Qur’an disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW yang ‘umi yang tak pernah belajar dan bergaul dengan ahli kitab.

Sedangkan menurut Ali Asy- Syabuni segi-segi kemu’jizatan ada sebelas antara lain yaitu:
1. segi aturannya yang indah
Segi pertama kemu’jizatan al-qur’an adalah aturannya yang indah, yang sama sekali berbeda dengan aturan yang berlaku dalam bahasa arab, baik dari bentuk syair maupun prosa tidak mampu menandingi nazham al-qur’an.
2. segi susunannya yang menakjubkan
Al-Qur’an dalam susunannya yang ajaib yang berbeda sekali dengan susunan-susunan manusia.
Al qur’an mempunyai keistimewaan sebagai berikut:
a. sentuhan lafal-lafal al-qur’an yang jelas terasa dalam aturan suara dan keindahan bahasa.
b. Pengaruh kepada umum dan khusus yang semuanya mengetahui kegunaannya dan merasakan kehebatannya.
c. Pengaruh dan kelembutannya terhadap akal, sehingga al-qur’an menyeru akal dan hati serta mengumpulkan kebenaran dan keindahan bahasa.
d. Kesempurnaan dan keelokkan al-qur’an dan hukum yamg dibeberkannya, seolah-olah ia merupakan sebutir mutiara yang mempermainkan akal dan menggelitik hati.
e. Kelincahannya dalam memutar ucapan dan keseniannya dalam bagian-bagian kalam.
2. Segi Ijaz
Segi ketiga kemu’jizatan al-qur’an adalah adanya sifat iijaz atau sederhana yang indah dan kemegahan ucapan yang luar biasa diluar batas kemampuan makhluk macam apapun untuk menjangkaunya, apabila akan mendatangkan hal serupa dengannya.
3. Segi Syariat Tuhan yang Sempurna
Salah satu segi kemu’jizatan al-qur’an adalah mengetengahkan syariat tuhan yang sempurna yang lebih tinggi nilainnya diatas semua syariat yang ada, yang pernah dikenal manusia pada zaman dahulu maupun sekarang.
4. Segi Menyampaikan Kabar-kabar Baik
Ini merupakan dasar dan bukti yang kuat bahwa al-qur’an bukanlah kalam manusia, tetapi kalam Dzat yang mengetahui perkara ghaib, yang tidak ada sesuatu yang samar (rahasia)bagi-Nya.
5. Segi Tidak Adanya Pertentangan dengan Ilmu Pengetahuan Modern
Segi lain dari kemu’jizatan al-qur’an adalah isyarat-isyarat yang rumit terhadap sebagian ilmu pengetahuan alam telah disinggung oleh al-qur’an sebelum ilmu pengetahuan itu sendiri sanggup menemukannya. Juga kemudian terbukti bahwa al-qur’an tidak sama sekali bertentangan dengan penemuan-penemuan baru yang didasarkan penelitian ilmiah.
6. Segi Menepati Janji
Janji Allah ada dua macam, yaitu janji mutlak dan janji muqayyad. Janji mutlak seperti janji Allah hendak menolong rosul-Nya serta mengusur orang-orang yang telah mengusir rosulullah SAW. Dari kampung halamannya atau bahkan menolong kaum mukmin dalam mengalahkan orang-orang kafir. Semua janji itu telah dibuktikan. Allah berfirman:
Artinya:
1. Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata[1393],
2. Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang Telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus,
3. Dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang Kuat (banyak).

Adapun janji muqayyad adalah janji yang masih disertai syarat. Seperti syarat takwa, syarat sabar, syarat menolong agama Allah dan lain sebagainya. Allah berfirman:
Artinya:
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”



7. Segi Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Dengan segala argumentasi yang mematikan mustahil bagi nabi Muhammad lelaki ummi yang hidup ditengah masyarakat jahiliyyah, untuk mendatangkannya. Bahkan juga mustahil bagi seluruh manusia dimuka bumi ini, untuk menyuguhkan ajaran dan ilmu pengetahuan serupa dengan apa yang telah disuguhkan oleh al-qur’an.
8. Segi Memenuhi Kebutuhan Manusia
Dari segi inipun nampak jelas betapa kemu’jizatan al-qur’an dan bisa dilihat oleh setiap orang yang mau berfikir tentang syariat islam. Al-qur’an datang dengan membawa petunjuk-petunjuk yang amat luas dan sempurna sesuai dengan kebutuhan manusia di segala tempat dan zaman.
9. Segi Pengaruhnya Didalam Hati
Segi kemu’jizatan al-qur’an yang lain adalah pengaruhnya yang sedemikian mendalam dan menggetarkan hati para pengikutnya sekaligus para penentangnya, sehingga dengan besarnya pengruh itu, orang-orang musyrik suka keluar tengah malam untuk mendengarkan ayat-ayat Al-qur’an yang dibaca oleh kaum muslimin. Bahkan antara mereka saling berpesan jangan dengarkan ayat-ayat yang dibaca oleh nabi Muhammad SAW. supaya tidak terpesona dan tidak beriman kepadanya. Ini disinggung pula oleh firman Allah Azza Wa Jalla:

Artinya:
“Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran Ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka".

10. Sgi Terbebas Dari Pertentangan
Segi kemu’jizatan yang terakhir adalah bahwa dalam al-qur’an tidak ditemukan tanaqudh atau pertentangan antara ayat satu dengan ayat lain. Lain halnya dengan semua ucapan manusia. Maka Maha Benar ALLAH Swt dalam firman-Nya:

Artinya:
“ Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.

D. Dimensi Kemukjizatan Al-Quran
1. Kemukjizatan lafaz al-Qur'an
Kemukjizatan lafaz al-Qur'an dikemukakan dalam dua jenis: Kemukjizatan elokuensi dan kemukjizatan bilangan.
Pembahasan kemukjizatan elokuensi al-Qur'an atau kefasihan al-Qur'an, semenjak dahulu telah dikenal. Dan kurang-lebihnya telah menjadi kesepakatan di antara seluruh mazhab dalam Islam. Namun sebagian orang membedakan kemukjizatan al-Qur'an dengan perkara-perkara seperti komposisi (nazhm), gaya dan metode penjelasan al-Qur'an. Mereka berkata bahwa salah satu aspek kemukjizatan al-Qur'an adalah sisi elokuensinya dan aspek lainnya adalah komposisi(nazhm), gaya penjelasan al-Qur'an. Sebagian lainnya berpandangan bahwa aspek kemukjizatan al-Qur'an merupakan kumpulan yang terdiri dari kefasihan, komposisi (nazhm) dan gayanya.
Dalam pembahasan "sejarah hadis" Ahlussunnah mengklaim bahwa Rasulullah Saw melarang sahabat menulis hadis-hadis dan sabda-sabda beliau dan terkait dengan masalah ini terdapat riwayat yang dinukil dari Nabi saw. Lalu dari klaim ini mereka berhadapan dengan pertanyaan serius ihwal mengapa Nabi Saw melarang sahabat untuk menulis hadis?
Salah satu jawaban yang diberikan dan populer di kalangan Ahlusunnah adalah bahwa sebab pelarangan itu adalah jangan sampai antara al-Qur'an dan selain Qur'an bercampur aduk. Artinya jangan sampai al-Qur'an bercampur dengan hadis-hadis nabawi. Salah seorang periset Ahlusunnah menolak argumen terkenal di kalangan Ahlusunnah ini dan berkata, "Kemukjizatan elokuensi al-Qur'an menjadi penghalang bercampur-aduknya antara al-Qur'an dan selain al-Qur'an." Kemudian dalam menjawab isykalan (kritik) bahwa boleh jadi Nabi Saw dalam kefasihan telah mencapai tingkatan yang dapat bertutur-kata fasih sebagaimana al-Qur'an, tuturnya, "Kemestian ucapan ini adalah pengingkaran kemukjizatan elokuensi al-Qur'an.
Bagaimanapun masalah pelarangan Nabi Saw terhadap penulisan hadis – meski hadis-hadis beliau bukan merupakan tutur kata biasa dan tidak berasal dari dirinya sendiri, melainkan tutur kata penuh cahaya, sesuai dengan bimbingan Ilahi, bersumber dari alam ghaib dan dapat memberikan solusi pelbagai kesulitan umat Islam – merupakan salah satu kritikan asasi yang tertuju kepada kaum Ahlussunah. Oleh karena itu, di kalangan ulama Syiah semenjak dahulu hingga sekarang, klaim bahwa Nabi Saw melarang umat menulis hadis adalah klaim yang tidak benar.
Aspek lain kemukjizatan lafaz al-Qur'an adalah kemukjizatan bilangan. Aspek ini akhir-akhir ini mengemuka dan penggunaan komputer dalam masalah ini menjadi perhatian banyak orang. Dengan penjelasan hubungan angka-angka khusus antara lafaz-lafaz dan huruf-huruf al-Qur'an ditunjukkan bahwa hubungan angka-angka ini tidak dapat terekspresikan melalui ucapan manusia.
2. Kemukjizatan kandungan al-Qur'an:
a. Tiadanya ikhtilaf dalam al-Qur'an
Ayat yang menyebutkan, "Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur’an? Kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya," (Qs. Al-Nisa:84) adalah ayat yang menegaskan aspek kemukjizatan ini.
b. Kabar-kabar ghaib
Dalam al-Qur'an disebutkan beberapa matlab berkaitan dengan sebagian orang atau sebagian peristiwa yang terjadi di masa mendatang. Artinya diprediksikan terjadinya peristiwa setelah pewahyuan ayat-ayat yang tepat sesuai dengan gambaran yang dibeberkan dalam al-Qur'an. Misalnya yang dapat dijadikan contoh di sini adalah, "Alif Lâm Mîm. Telah dikalahkan bangsa Romawi. Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. (Qs. al-Rum [30]:1-3)
c. Ilmu dan maarif al-Qur'an
Dalam al-Qur'an terdapat beberapa matlab yang setidaknya pada masa pewahyuannya tidak seorang pun manusia yang mampu mengakses matlab tersebut. Dan sekarang pun terdapat ilmu dan maarif menjulang dalam al-Qur'an yang masih belum dikenal oleh manusia dewasa ini. Kebanyakan yang dikenal manusia hari ini dari ilmu dan maarif menjulang itu adalah melalui jalan Nabi Saw sendiri dan para Maksum As serta petunjuk yang berkelanjutan dari mereka, di antaranya hadis-hadis terkait masalah teologi, pembahasan akal, poin-poin filosofis, teologis dan tema-tema irfani.
Bagaimanapun, bahkan sekiranya ada seseorang yang berpandangan bahwa seluruh ilmu dan maarif al-Qur'an telah dikenal dan dapat diakses oleh manusia, kendati tiada pandangan seperti ini pada masa lampau, perkara ini tidak akan mereduksi nilai kemukjizatan al-Qur'an dalam masalah ini. Perlu diingat bahwa pembuktian kemukjizatan al-Qur'an ini bukan dari aspek pembawanya, namun dari aspek segala ilmu dan makrifat yang dalam dan tinggi yang sedemikian agung, sehingga lebih melampaui dan memuncak daripada cakrawala berpikir setiap ilmuwan pada masa itu. Secara umum ilmu dan maarif al-Qur'an ini bukan merupakan pemikiran manusia dan tanda wahyu Ilahi terlihat dari puncaknya.
d. Tiadanya kemampuan manusia untuk menggugurkan ilmu dan maarif yang termaktub dalam al-Qur'an
Setelah bertahun lamanya berlalu dan dengan seluruh kemajuan pengetahuan manusia dan pertukaran ilmu dan kebudayaan, tiada satu pun dari matlab yang disebutkan dalam al-Qur'an yang gugur kebenarannya. Dengan demikian telah terbukti kebenaran al-Qur'an dan sumbernya dari langit.
Ada baiknya poin ini disebutkan bahwa meski boleh jadi sebagian pengetahuan manusia -seperti logika dan matematika- yang terhimpun dalam sebuah satu himpunan yang tersusun rapi yang kita warisi dari para pendahulu kita, belum tergugurkan. Namun dengan memperhatikan bahwa pertama, pengetahuan-pengetahuan ini berada dalam format swa-bukti-swa-bukti pertama (badihiyyat al-awwali) atau fitri dalam pemikiran setiap ilmuan. Dan orang-orang yang menyusun masalah ini, sejatinya pengumpul bukan pembawa. Kedua, secara umum seluruh kitab yang disusun oleh manusia berhubungan dengan satu ilmu khusus dan berkenaan dengan tema tertentu, sementara salah satu tipologi terpenting atas gemilangnya ilmu dan makrifat al-Qur'an adalah menjuntainya ruang lingkup pembahasannya dan menyiratkan puluhan matlab dalam satu ucapan.
Sejatinya permasalahan ini merupakan satu lagi aspek kemukjizatan al-Qur'an yang menyimpan sedemikian pengetahuan yang pada dirinya. Manusia mana, di samping dapat mengakses terhadap ilmu yang bervariasi dan domain yang sama sekali asing – dengan segala penjelasan akurat dan kokoh serta keluasan tema – mampu mempelajari pengetahuan semacam ini dan menempatkan masalah-masalah secara berurutan, dimana dalam menyampaikan ucapannya, ilmu yang beragam dapat dipetik sedemikian sehingga bukan maksud yang terabaikan dan juga bukan keterjalinan yang menjadi kusut, bukan juga kesalahan. Dan hal ini sepanjang abad bersinar terang serta senantiasa terjaga dari pengguguran.

3. Kemukjizatan pembawa Al-Qur'an
Aspek kemukjizatan al-Qur'an ini semenjak dahulu telah menjadi obyek pembahasan. Sebuah pembahasan yang menekankan bahwa Rasulullah Saw adalah sosok yang ummi, lalu bagaimana beliau dapat menyuguhkan kitab sedemikian di kalangan masyarakat semenanjung Arabia yang secara asasi tidak familiar dengan pengetahuan dan kebudayaan.
















KESIMPULAN

a. PENGERTIAN MU’JIZAT
Jadi yang dimaksud dengan i’jazul alqur’an ialah menetapkan kelemahan manusia baik secara individual atau kelompok untuk mendatangkan semisalnya. Maksud kata melemahkan disisni adalah menjelaskan bahwa kitab suci ini adalah benar dan rosul pembawanya adalah benar.

b. MACAM MU’JIZAT
 Berbentuk hissiyah atau dapat diraba;
 Berbentuk ‘aqliyyah atau mengenai akal.

c. SEGI KEMU’JIZATAN
• segi aturannya yang indah;
• segi susunannya yang menakjubkan;
• segi iijaz;
• segi syariat tuhan yang sempurna;
• segi menyampaikan kabar baik;
• segi tidak adanya pertentangan dengan ilmu pengetahuan modern;
• segi menepati janji;
• segi pendidikan dan ilmu pengetahuan;
• segi memenuhi kebutuhan manusia;
• segi pengaruhnya didalam hati;
• segi terbebas dari pertentangan.

d. DIMENSI KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN
 Kemukjizatan Lafaz Al-Qur’an
 Kemukjizatan Kandungan Al-Qur’an
 Kemukjizatan Pembawa Al-Qur’an

DAFTAR PUSTAKA


Shihab, Umi, Al-Qur’an dan Kekenyalan Hukum, Dina Utama, Semarang: 1990
Ash-Shabuni, Muhammad Ali, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, Pustaka Amani, Jakarta: 2001,
Masyhur, kahar, Pokok-pokok Ulumul Qur’an, Rineka Cipta, Jakarta: 2008,
Amanah, Ulumul Qur’an, cv. Asy-Syifa, Semarang : 1993
Anwar, rosihin, Ulum Alqu’an, cv. Pustaka Setia, Bandung: 2008,
http://quran.al-shia.org/id/ulumul%20quran/06.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar